Pages

Sunday, November 2, 2014

Cinta Perubah Wibawa

Di suatu desa, tinggalah seorang pemuda yang sangat berwibawa. Dia memiliki karakter yang sopan, cerdas, tampan dan solekh. Dia bernama Amin. Dia merupakan
anak dari keluarga yang sederhana. Ibunya telah lama bekerja sebagai TKW di Arab Saudi. Sementara Bapaknya hanya bekerja sebagai salah satu karyawan di perusahaan di sebuah Kota.

Pada masa sekolahnya, dia merupakan siswa yang cerdas. Dia selalu mendapat peringkat 3
besar di setiap sekolahnya. Setelah lulus SMP, dia memutuskan untuk melanjutkan sekolah di SMA di salah satu kota di Jawa Tengah. Tetapi, dia mulai merasakan titik kejenuhannya dalam bersekolah. Belum sempat lulus dari SMA, dia memutuskan untuk masuk ke pondok pesantren di kota dimana bapaknya tinggal.

Setelah bertahun-tahun dia menghabiskan kehidupannya di pondok pesantren. Lalu dia
memberanikan diri memutuskan untuk pulang ke kampungnya karena ingin bertemu dengan sang kakak yang berprofesi sebagai Ustad di kampungnya.

Di kampungnya, dia ibarat seorang pangeran di kerajaan wanita. Dia banyak disukai oleh
wanita-wanita yang ada di sana. Tetapi, terjadi suatu percintaan yang sangat merumitkan baginya. Terdapat tiga wanita yang menyukai dia. Ketiga wanita itu
bernama Fera, Sinta, dan Wita. Sehingga dia merasa bingung untuk memilih diantara ketiga wanita tersebut. Ketiga wanita itu juga bukan wanita yang tanpa pria yang menyukainya. Kebingungan itu semakin terasa memberatkan dia. Ketika Ketiga
sahabatnya itu yang bernama Lukman, Adi, dan Taufik ternyata diam-diam memendam perasaan dengan ketiga wanita cantik itu.
Setiap hari dia selalu pergi ke masjid dan pastinya akan selalu bertemu dengan ketiga wanita yang menyukainya dan ketiga
sahabatnya. Di salah satu kesempatan, ketiga sahabatnya itu diam-diam menanyakan
perihal ketiga wanita cantik itu kepada Amin. Amin pun mengatakan bahwa dia tidak
memiliki hubungan yg istimewa dengan salah satu dari ketiga wanita itu. Tetapi di dalam hatinya, dia sebenarnya menyukai salah satu dari wanita itu, wanita itu yang bernama Wita.

Keesokan harinya, selepas pulang dari masjid. Amin pun melihat Wita sedang pulang dari masjid sendirian, dia memberanikan diri
untuk mengantarkannya pulang dan mengungkapkan isi hatinya. Setelah sampai di depan rumah Wita, dia mengungkapkan
curahan rasa cintanya. Betapa bahagianya Wita, pria yang dia idam-idamkan telah
mengungkapkan rasa cinta kepadanya. Akhirnya mereka berdua resmi menjadi sepasang kekasih. Tetapi mereka berdua
sepakat untuk menutupi semua rahasia ini, agar tidak ada perpecahan diantara ketiga
wanita itu dan ketiga sahabatnya.
Tanpa disengaja Fera dan Sinta melihat dan mendengar percakapan antara Amin dan Wita. Betapa hancurya hati mereka
mendengar ungkapan pahit dari mulut mereka. Fera dan Sinta langsung pulang kerumah dengan berderai air mata. Dengan hati yang masih tak karuan, Fera
menceritakan semua yang ia dengar dari kejadian tadi. Dia menceritakan kejadian itu kepada Lukman, pria yang sedang menyukai Wita. Melebur sudah harapan Lukman untuk menjadi kekasihnya Wita, dia heran mengapa sahabatnya itu berani mengungkapkan perasaannya kepada wanita yang ia idam-
idamkan.

Satu bulan berlalu, Amin memutuskan untuk kembali pergi ke surganya kedamaian yaitu
Pondok Pesantren. Tetapi terjadi suatu perubahan yang cukup signifikan dari perilaku Amin. Dia lebih banyak berdiam diri dan bermain handphone dibandingkan mengikuti beberapa kegiatan pesatren itu. Pihak pesantrenpun mengabarkan kepada kakaknya Amin atas perubahan perilaku dari yang dia tampilkan. Sang kakakpun
memutuskn untuk menyita handphone miliknya dan meminta untuk serius dalam beribadah di pondok pesantren. Sementara
Wita pun merasa keberatan jika harus merelakan kesehariannya tanpa kabar dari sang kekasih.

Dua bulan berlalu, sang kakak akhinya menyerahkan handphone milik Amin. Dengan rasa terburu-buru, dia memulai untuk
memberikan kabarnya kepada Wita. Betapa terkejutnya dia melihat balasan pahit dari Wita. Wita meminta untuk menghentikan semua percintaannya selama ini. Dan ia juga berharap Amin untuk lebih serius lagi dalam beribadah di pesantren seperti dahulu kala.
Dia juga meminta kepada Amin untuk mendoa'akannya agar dia dapat diterima di salah satu perguruan tinggi yang ia mimpi-
mimpikan. Dengan hati yang masih tersayat, Amin
mengirimkan sms terakhirnya dan meng- Aminkan harapan-harapan Wita. Sejak saat itu hubungan mereka berakhir.

Sekian.

0 comments:

Post a Comment

Silakan Komentar dengan Bijak dan Santun