Pesanan Misterius Bu Bowo
Imam Arifin dan Widyananda Dyah Wulandari
Jam
belum menunjuk pukul 5 tepat tetapi di dapur itu sudah terlihat kesibukan dari
tangan seorang ibu paruh baya bernama Sribawa. Bu Bowo, begitu ia akrab disapa.
Hari ini seperti biasa dia bangun pukul 4 pagi untuk menyiapkan pesanan
catering dari salah satu pelanggannya, dia biasa bangun pukul 4 jika ada
pesanan catering untuk acara pagi hari, hasilnya pesanan akan tersaji tepat
pukul 7 untuk diantar ke sang pelanggan.
“Tok... tok... tok....“
Terdengar
suara pintu diketuk,, itu artinya sudah ada orang yang akan mengantar pesanan
ke pelanggan pagi ini.
“Oh
iya mas, nanti tolong ini diantar ke tempat kemarin ya,” pinta Bu Bowo.
“Iya
bu, nanti saya ambil 2 kali ya, saya pake motor nganternya,” jawab seorang pemuda
yang bernama Iwan.
“Iya
mas, ya udah
hati-hati ya bawanya,” pesan Bu Bowo.
“Iya
bu, mari bu,” Iwan
pun berlalu dari hadapan Bu Bowo, pergi mengantar pesanan.
***
”Kring... kring... kring...“
Dering
telepon memecah keheningan di ruang tengah rumah itu, tidak lama setelahnya
seorang wanita paruh baya terlihat keluar dari kamarnya dan langsung mengangkat
telepon yang terus berdering.
“Halo,
dengan Ibu Sribawa?” tanya seorang pria bersuara berat di ujung telepon.
“Ya
saya sendiri, ada yang bisa saya bantu pak?” jawab Bu Bowo.
“Oh
kebetulan sekali bu. Nama saya Pak
Ragil saya mau pesan catering buat acara besok lusa.”
“Oh
iya pak, bapak mau pesan berapa dan rinciannya gimana pak?”
“Saya
mau pesan 500 kotak, bisa bu? Nanti untuk rincian biaya, jam sama alamatnya
saya sms ibu, ada nomer yang bisa dihubungi?” tanya pria bersuara berat itu.
“Iya
pak, saya bisa, nomer saya ya? Sebentar… 08123456789”
“08123456789?”
tanyanya lagi memastikan.
“Betul
pak,” jawab Bu Bowo
“Ya
sudah nanti saya akan langsung kirim rinciannya.”
“Iya
pak, nanti langsung saya belanja terus saya buat secepatnya pak.”
“Baik,
terima kasih.”
“Iya
sama-sama pak.”
Setelah
tau apa saja yang akan dimasak, Bu Bowo meminta
anaknya mengantarnya ke pasar membeli bahan makanan. Seperti biasa, Bu Bowo
langsung mengambil bahan makanan tanpa membayar terlebih dulu, sudah menjadi
kebiasaannya di pasar itu, dia sudah menjadi langganan dan akan membayar jika
pesanan catering telah dibayar seluruhnya. Sesampainya di rumah,
dia mengeluarkan semua bahan yang telah dibelinya.
“Cape
juga ya kalo masak sendiri. Wang, tolong kamu bilang ke tetangga sebelah bantu
ibu masak buat acara besok, nanti suruh langsung ke dapur ya,” pinta bu bowo
pada anaknya, Awang.
“Iya
bu, nanti aku akan bilang,” jawab anaknya.
Pukul
2 tepat, sudah ada 4 orang di dapur yang membantu Bu Bowo memasak. Bu Bowo
memang sering meminta bantuan tetangganya jika pesanan catering sedang banyak,
semakin banyak pesanan semakin banyak tetangga yang ia pekerjakan. Sampai pukul
9 malam, tetangga yang ia pekerjakan pulang dan akan membantu lagi besok pagi.
Paginya,
seperti biasa dia bangun pukul 4 pagi dan meneruskan pekerjaannya. Acara
dimulai pukul 8 pagi jadi masakan harus selesai maksimal pukul 7.30. pesanan
selesai pukul 7.30 tepat seperti yang direncanakan, itu artinya sekarang
waktunya mengantar pesanan ke pelanggan, pemuda yang biasa mengantar pesanan
sudah siap di depan dengan mobil pick-upnya. Pemuda itu dengan dibantu Bu Bowo,
anak serta tetangganya menaikkan kotak pesanan ke mobil pick-up. 10 menit cukup
untuk menaikan semua kotak ke mobil, sekarang waktunya pemuda itu mengantar
pesanan. Entah kenapa, perasaan bu bowo tidak enak kali ini, seperti dia tau
akan ada
hal buruk yang terjadi, tapi dia tidak ambil pusing dengan itu semua.
Pukul
9, mobil pick-up baru tiba kembali di rumah Bu Bowo. Tidak seperti biasanya,
kali ini kotak pesanan masih lengkap. Aneh, mobil yang selalu kosong tiap
mengantar pesanan sekarang
masih penuh dengan kotak tanpa berkurang satupun.
“Lho
mas ini kenapa kok pesanannya tidak dianter?” tanya Bu Bowo khawatir.
“Jadi
seperti ini bu, tadi saya sudah ke tempat yang ditulis di kertas ini tapi orang
yang ada di alamat ini tidak pesen catering, saya sempet bicara panjang lebar
sama dia bahkan sampe muter-muter nyari alamat lagi sampai akhirnya saya sadar,
kayanya kita ditipu bu,” terang pemuda itu panjang lebar.
“Astaghfirullah,” ucap Bu Bowo. Sontak tubuhnya lemas
terduduk di sebuah kursi di teras rumah. Anak dan tetangga yang melihatnya
heran dan bertanya apa yang terjadi. Setelah dijelaskan oleh Iwan, mereka
terkejut dan segera beristighfar. Kejadian yang tak pernah diharapkan telah
menimpa Ibu Sribawa. Kini hanya ada beban yang terdampar di depan mata. Beban
yang begitu berat untuk ia hadapi. Bagaimana ia harus membayar beberapa tetangganya
yang telah membantu, dan bagaimana membayar bahan masakan yang telah ia beli.
Namun ia mencoba menatap segala kemungkinan yang akan terjadi ke depan. Dia
berupaya untuk bangkit dan menyelesaikan persoalan yang dihadapi.
Tidak membutuhkan waktu lama, Bu Bowo mencoba untuk
berucap ke tetangganya tentang musibah yang menimpanya. Tetangga yang
mengetahui hal itupun sontak bersimpati pada Bu Bowo, mereka bahkan tidak
meminta bayaran atas bantuan mereka, mereka memaklumi kondisi Bu Bowo saat ini
yang pasti sangat terpuruk. Setelah sepenuhnya sadar ia pun memutuskan untuk
membagikan pesanan kepada para tetangga yang telah membantunya sebagai ucapan
terima kasih. Namun pesanan itu masih tersisa banyak. Sehingga kebingungan
terlihat jelas tertulis di kening Bu Bowo. Dia mencoba mencari alternatif lain
untuk menyelesaikan masalah ini. Tidak mungkin baginya untuk membuang makanan
sebanyak itu.
“Bu, bagaimana kalau makanan itu kita berikan kepada anak
yatim piatu?” tanya Awang.
“Anak yatim piatu? Apa nanti kita tidak merugi?” jawab Bu
Bowo.
“Tidak ada yang merugi bu. Kalau ibu ikhlas memberinya.
Aku yakin Allah akan membantu kita,” tambah Awang.
Mendengar perkataan suci dari anaknya, Bu Bowo merenung.
Selang beberapa menit, akhirnya Bu Bowo menyetujui saran dari anaknya. Ia
segera memanggil Iwan untuk mengantarnya beserta Awang ke panti asuhan
terdekat.
“Iwan..”
panggil Bu Bowo.
“Iya
Bu, ada apa?” jawab Iwan sambil memasuki rumah.
“Tolong
kamu antarkan saya dan Awang ke panti asuhan.”
“Ke
panti asuhan bu?” iwan memastikan.
“Iya..”
jawab Bu Bowo singkat.
Perjalanan menuju ke panti asuhan hanya memakan beberapa
menit saja. Hal ini dikarenakan jarak dari rumah ke panti asuhan tidak terlalu
jauh. Sesampainya di panti asuhan, pancaran wajah penuh keceriaan dari anak
panti terlihat jelas tatkala mereka datang. Tanpa pikir panjang, Bu Bowo
langsung menuju ke ruangan pengurus panti asuhan guna meminta izin untuk
memberikan beberapa makanan. Setelah mendapatkan izin dari pengurus panti.
Mereka segera menurunkan makanan dari mobil box dan menaruhnya di sebuah ruangan
yang telah berisi banyak anak panti. Sebelum menyerahkan makanan itu, Bu Bowo
meminta kepada anak panti untuk memberikan sebuah do’a kepadanya agar kelak
mendapat kebaikan dan kelancaran dalam hidup. Serentak ucapan do’a dan harapan
yang tulus keluar dari mulut mereka. Setelah itu, Bu Bowo memberikan makanan
itu kepada tiap anak yatim. Mereka segera memakannya dengan lahap dan penuh
dengan sukacita.
***
Beberapa hari setelah ke panti asuhan. Keberkahan mulai
datang ke keluarga Bu Bowo. Makin hari semakin banyak yang memesan makanan
mereka. Bukan hanya dari daerahnya melainkan sudah sampai ke luar daerah. Ya,
usaha katering Bu Bowo kini semakin besar dan terkenal, ini semua berkat doa
dan usaha yang dilakukannya. Walaupun pernah ditipu dan hampir bangkrut
karenanya, Bu Bowo tidak menyerah, bahkan ia berusaha lebih giat dari
sebelumnya dan hasilnya usahanya semakin besar dari hari ke hari. Inilah yang
disebut kuasa Tuhan. Dibalik setiap musibah, pasti ada hikmah yang bisa
diambil. Dari pesanan misterius yang sampai sekarang tidak ia ketahui siapa
yang melakukannya, sekarang ia menjadi lebih berhati-hati jika ada pesanan baik
dalam skala besar maupun kecil. Untuk menjadi besar, terkadang kita memang
harus melewati rintangan besar yang akan mendewasakan kita, karena dibalik
setiap musibah pasti akan ada hikmah di dalamnya. Inilah prinsip yang terus
dipegang Bu Bowo sampai sekarang sehingga ia selalu siap jika sesuatu terjadi.
Ia yakin, rencana Tuhan tidak ada yang buruk, entah kapan ujian itu akan datang
lagi, satu yang pasti adalah setiap ujian pasti ada jalan keluarnya, entah
jalan apa yang digunakannya.
0 comments:
Post a Comment
Silakan Komentar dengan Bijak dan Santun