Sahabat Tersesat
Pagi mulai
menyapa dengan kehangatannya, seonggok matahari terlihat sinar terangnya menyinari
bumi yang tertutup berbagai kabut tebal di alam pedesaan. Aktivitas pagi kali
ini, telah direncanakan oleh sekumpulan sahabat dekat. Sahabat dekat yang
selalu menghabiskan waktu bersamanya sepanjang waktu yaitu Alif, Nuri, Ami,
Asdaf, dan Kila. Mereka menamai kelompok mereka sendiri dengan nama “ AKANA”.
Pagi
ini mereka merencanakan untuk mencari jamur di hutan pinggir desa dimana mereka
tinggal. Setelah merasa waktu dan persiapan telah siap. Mereka mulai
melangkahkan kakinya menuju hutan. Di hutan mereka seperti dihadapkan dengan gelaran berbagai tulisan “ selamat datang “
yang menempel di daun-daun pepohonan. Mereka terkagum-kagum dengan suasana
hutan yang begitu asri dan diiringi dengan angin sepoi-sepoi bak menari di atas
surga. Pandangan matanya tertuju kepada sekumpulan jamur-jamur yang menancap di
tanah-tanah subur di dekat pepohonan. Dengan hati yang penuh dengan
kegembiraan, mereka mulai mencabuti jamur-jamur tersebut bagaikan sedang
memanen padi di sawah yang luas. Setelah jamur di tempat itu telah habis.
Kemudian mereka melanjutkan untuk mencari jamur-jamur lebih banyak lagi ke
dalam hutan. Tanah rembesan, pohon tumbang dan rumput-rumput liar mengiringi
langkah mereka dalam menjalin kebersamaan
dengan mencari jamur. Sedang asik mencari jamur, mereka dikejutkan
dengan suara gesekan bambu.
Yang menyadarkan Ami akan suatu
hal, kemudian Ami bertanya kepada teman-temannya,” Eh, kita sekarang ada di
mana?”.
Asdaf menjawab,” Di hutan lah..”.
Nuri langsung menyambar jawaban
Asdaf,” Kita telah terlalu jauh masuk ke dalam hutan. Bagaimana kita bisa
pulang? Apakah kalian tahu di mana jalan kita untuk pulang?”.
Dengan bijak Alif menjawab,” Tolong,
kalian tenang. Sekarang kita memang telah terlalu jauh di dalam hutan. Tapi
kalian harus tetap tenang, jangan berpikiran yang negatif.”
“ Bagaimana kami bisa tenang, kita
tidak bisa pulang? Atau kalian mau membiarkan kita terjebak di dalam hutan
ini?” jawab Kila.
“ Iya aku tahu, tapi kita tersesat
di sini juga bukan hanya karena satu orang saja. Melainkan kita semua bersama
pergi ke hutan dan kita juga harus keluar dari sini bersama. Kalian harus ingat
itu!” Alif mencoba menasehati teman-temannya.
Asdaf seraya melanjutkan nasehat
Alif,” Sekarang kita harus bisa berpikir jernih untuk mencari cara bagaimana
kita bisa keluar dari sini.”
Kemudian mereka setuju, mereka
mulai melangkahkan kaki mereka mengikuti arah kaki Asdaf. Setelah mereka
berjalan cukup jauh, tiba-tiba mereka menemukan tempat kuburan yang sangat
menyeramkan. Mereka langsung lari dengan kencangnya tanpa peduli ada lubang
tanah di depan mereka. Ternyata Nuri terperosok ke dalam lubang tersebut.
Lubang yang cukup dalam ini sangat sulit ditaklukan jika hanya dengan
menjulurkan tangan Asdaf yang panjang. Dengan cepat, Alif berpikir untuk
mencari dahan pohon pisang yang sudah kering untuk menolong Nuri. Setelah
menemukan dahan pohon pisang yang dibutuhkan, tangan kreatifnya mulai
melepaskan daun-daun yang menempel pada dahan pisang tersebut. Dengan cepat dia
menggambungkan beberapa dahan pohon pisang dan mulai menjulurkannya kepada
Nuri. Dengan sigap Nuri berhasil menggenggam dahan tersebut dan berhasil keluar
dari lubang menakutkan itu.
Perjalanan
untuk menmcari jalan keluar hutan terasa melelahkan, dan hutan pun semakin
menyeramkan. Ditambah lagi dengan semakin sorenya hari. Lalu, air mata dari
Kila mulai menetes dari wajah cantiknya. Ketakutan mulai menyergapi mereka.
Tetesan air mata gadis desa terasa tumpah di bawah rindangnya pohon besar.
Asdaf yang mampu menahan air matanya, hanya bisa termenung melihat teman-temannya
menangis deru ingin pulang ke rumah mereka. Sementara Alif hanya bisa berdiam
dan terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu.
Kemudian Alif berucap,” Teman-teman
janganlah menangis. Aku yakin kok, kita pasti bisa keluar dari hutan ini. “ Alif
mulai meyakinkan teman-temannya.
Kila menjawab sambil meneteskan air
mata,” Ngomong itu gampang. Tapi kita sedang tersesat. Gak tau ada dimana.”
Alif kembali menanggapi jawaban
Kila,” Iya udah, kalian di sini aja dulu ya? Aku mau mencari jalan keluar dari
sini. Mungkin aja ada..”
Mereka lantas mengangguk bersama.
Alif
langsung berlari menjauhi teman-temannya. Lalu Alif mendengar aliran sungai
yang tidak terlalu deras. Dia berusaha mendekati suara aliran sungai tersebut.
Ternyata dia melihat aliran sungai kecil yang sangat jernih. Dan yang
membuatnya bersemangat lagi, Ia melihat paralon panjang berwarna putih di
sepanjang aliran sungai.
Dengan sigap, Dia langsung kembali
ke tempat sambil berteriak kegeriangan,” Teman-teman aku menemukan jalan keluar
dari sini.”
Wajah teman-temannya yang tadinya
musam langsung berubah menjadi cerah penuh kegembiraan mendengar berita bagus
tersebut.
Alif kemudian menyeru,” Ayoo cepat
ikuti aku..”.
Meraka dengan serentak menjawab,” Okee...
“
Kemudian mereka menuju ke sungai
yang baru saja ditemukan Alif.
Asdaf :” Berita bagus apaan Lif?
Ini hanya sebuah sungai kecil?”
Kila :” Iya Lif, berita bagus
apaan? Berita bagus bahwa kita akan minum air sepuasnya di sungai ini gitu?”
Alif:” Dengarkan aku dulu, aku
punya ide. Kalian lihat paralon putih yang ada di sana?”
Asdaf:” Iya, aku lihat emangnya ada
apaan?”
Ami:” Ohh, iya paralon..?”(
berpikir )
Alif:” Terus, kalian tau gak apa
yang sedang aku pikirkan?”
Nuri:” Oh ya Lif, aku tahu
maksudmu. Dengar teman-teman, kita itu harus mengikuti arah dari paralon itu.
Kalian kan tahu, di desa-desa banyak yang menggunakan paralon untuk menyalurkan
air dari pegunungan. Jadi inilah jalan kita untuk pulang. Iya kan Alif?”
Alif:” Yaps.. ayo kita ikuti arah
paralon itu.”
Setengah
jam berlalu, cahaya terang mulai nampak di depan mereka. Mereka melihat jalan
setapak dengan penuh telapak kaki. Mereka kemudian mengikuti arah jalan setapak
itu. Setelah mengikuti jalan itu, mereka lalu bertemu dengan seorang kakek
bercaping dengan mata yang hanya terlihat satu.
Kakek :” Apa yang sedang kalian
lakukan di sini?”
Kila :” Kami tersesat kek.”
Kakek :” Ohh, sebaiknya kalian itu
jangan mengikuti arah jalan ini. Jika kalian mengikuti arah jalan ini. Kalian
akan berada dalam bahaya.”
Mereka langsung ketakutan.
Alif:” Terus kami harus lewat jalan
mana kek?”
Kakek:” Kalian ikuti saja jalan
itu. Setelah sampai di kuburan, kalian belok kiri terus. Setelah itu kalian
akan menemukan perkampungan desa ini.”
Ami :” Kuburan?”
Setelah mereka membalikan badan
merka kebelakang, ternyata kakek itu telah menghilang.
Ami: “ Kakek tadi kok hilang?”
Kila :” Jangan-jangan itu kakek
caping...”
Alif :” Udah, jangan berpikiran
kayak gitu. Sekarang kita ikuti saja jalan ini.”
Asdaf :” Kamu yakin Lif?”
Alif :” Buat apa tidak yakin,
kalian ingin tetap tersesat disini?”
Asdaf :” Engga lah.”
Alif :” Ya udah. Ayoo kita jalan. “
Mereka mulai menelusuri jalan setapak
yang ditunjukan kakek tadi. Kemudian
mereka sampai di pertigaan kuburan, ketakutan mulai menghampiri mereka.
Kemudian Alif meminta teman-temannya untuk mengikuti jalan sebelah kiri.
Akhirnya mereka setuju. Tak lama berselang, mereka menjumpai pemukiman
penduduk. Mereka langsung bersemangat menuju perkampungan itu. Setelah sampai
di perkampungan itu, mereka langusung menuju ke jalan raya beraspal yang mereka
kenal.
Alif :” Inilah jalan yang menuju ke
desa kita. Kita selamat..”( sambil menghadap ke teman-temannya)
Kila :” Allhamdulillah. Terima
kasih ya Allah..”
Mereka
berlari dengan kegirangan menuju ke kampung mereka. Saat mereka sampai di
pertigaan jalan desanya. Mereka bersalaman dan berteriak “ Akana Selamat...“.
Kelima sahabat tersebut langsung menuju ke rumahnya masing-masing. Dan di rumah
mereka menceritakan pengalaman yang menakutkan itu kepada keluarganya. Tanpa
terkecuali dengan Alif, dengan kepandaian dan ketenangan yang dimilikinya. Dia
telah menyelamatkan sahabat dan dirinya sendiri. Keempat sahabatnya menamai
Alif dengan nama “ ALIEN” yang berarti Alif is Intelligent”.
--------------------------------------------SEKIAN--------------------------------------------------